Drama
MANUSIA SETENGAH DEWA
Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
Suara yang keluar dari dalam goa
Goa yang penuh lumut kebosanan
Walau hidup adalah permainan
Walau hidup adalah hiburan
Tetapi kami tak mau dipermainkan
Dan kami juga bukan hiburan (Reno)
Turunkan harga secepatnya (Maulana)
Berikan kami pekerjaan (Rijal)
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa (Udin)
Peraturan yang sehat yang kami mau (semua)
Tegakkan hukum setegak tegaknya
Adil dan tegas tak pandang bulu
Wahai presiden kami yang baru
Kamu harus dengar suara ini
kekacauan Negeri Ku!
Disebuah Negeri dipimpin oleh
seorang presiden, yang mana presiden tersebut tidak maksimal dalam menjalankan
amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya dan bisa dibilang jelek dalam
menjalankan kepemipinannya. Akhirnya setelah dilakukan perjuangan-perjuangan
oleh rakyat negeri tersebut, akhirnya presiden tersebut lengser, dan kemudian
digantikan dengan presiden yang baru. Para rakyat negeri tersebut, merasa
bahagia karena telah tergantinya presiden tersebut. Mimpi-mimpi tentang
kesejahteraan hidup, mulai muncul kembali di benak masing-masing penduduk
negeri itu. Mereka sangat berharap presiden selanjutnya bisa mensejahterakan
rakyatnya dan bisa menghilangkan krisis-krisis yang terjadi saat itu.
Namun ternyata dalam
kepemimpinannya, presiden yang baru rupanya lebih buruk dari yang sebelumnya.
Banyak kasus-kasus korupsi, ketidak adilan, janji-janji palsu, kriminalitas,
dan kesombongan pangkat tumbuh subur di negeri tersebut. Rakyat yang semula
bahagia dengan harapan-harapannya, kini akhirnya sadar, bahwa mereka telah lama
ditipu. Para rakyatpun sudah merasa muak dengan ketidak adilan yang mereka
rasakan. Rakyat-rakyat miskin ditelantarkan, rakyat-rakyat yang melawan dibasmi
habis oleh aparat-aparat yang telah disuap untuk membunuh para rakyat yang
berani untuk memberontak, dan uang-uang pajak hinga kebutuhan umum didaikkan
hingga tak bisa dijangkau lagi oleh rakyat-rakyat kecil.
Para orang-orang kaya semakin
gila jabatan dan yang miskin menjadi sasaran kebiadapan. Yang kaya semakin kaya
dan yang miskin semakin miskin. Akhirnya setelah rakyat sudah putus asa dengan
perjuangan-perjuangan, karena sudah banyak korban yang bejatuhan, muncullah
seorang yang berjiwa reformasi berjuang untuk menegakkan keadilan di tanah
airnya. Perjuangan-perjuangan dilakukan, pemberontakan, hinaan, dan paksaan
untuk pengunduran diri di lakukan dari berbagai media.
Ketika presiden negeri tersebut
merasa kalau orang yang berjiwa reformasi tersebut dapat mengancam
kedudukannya, maka dilakukan pemburuan terhadap orang tersebut, yang akhirnya
orang tersebut tertangkap bersama para reformer lainnya, dan dipenjara untuk
akhirnya dihukum gantung didepan umum.
Ketika kematian seorang reformer
tersebut, negeri tersebut sudah hilang semangatnya, sehingga presiden semakin
bebas di negeri tersebut, krisis-krisis datang berkepanjangan dan rakyat-rakyat
semakin menderita. Negeri tersebut masih menantika jiwa-jiwa pemuda yang berani
berkata ketika semua dipaksa diam, berani berbuat ketika semua dihadapkan pada
pistol-pistol, negeri tersebut masih berharap bahwa masih ada jiwa-jiwa
reformer yang akan tumbuh pada anak-anak bangsa, dan akan menegakkan keadilan
rakyatnya juga membasmi para pendusta rakyat yang berkeliaran.
PROPERTI
Untuk Pemeran
1. Rakyat 1 (Pedagang) : Kaos Oblong, Sarung,
Celana Oblong
2. Rakyat 2 (Tukang Ojek) : Topi, Jaket Kulit,
Celana Jeans
3. Rakyat 3 (Petani) : Kaos oblong, celana oblong,
capel
4. Presiden : Peci Hitam, Jas Hitam, Celana Hitam
5. Aparat 1,2,3 : Seragam Khusus (topi hitam),
senjata
6. Reformer (Guru) : Batik coklat, Stopmap
Untuk Alat
1. Speaker + Musik + Kabel
2. Kursi + Meja
3. Karton Demo
4. Tembak Mainan
5. Koran
6. Kardus
Tokoh :
PEMERAN
1. Achmad Sholi Khuddin (02) : Sukirman (Rakyat,
Pedagang)
2. Andi Mario Jemadu (04) : Soeharno Kartolo
(Presiden)
3. Fahmi Achmad Fauzi (12) : Barkowi (Aparat)
4. Maulana Alfiansyah (20) : sarjono (Rakyat,
Tukang Ojek)
5. M. Mifbachul Munir (22) : Hans (Ketua Aparat)
6. M. Arief Ubaiddillah (24) : Narator
7. M. Rijallul Abror (25) : Sueb (Rakyat, Petani)
8. Nur Affandi R. (28) : Hadi (Aparat)
9. Reno Akbar Saputra (31) : Franky (Guru,
Reformer)
Naskah Dialog :
Alkisah disebuah negeri yang rusak, dan banyak
terjadi krisis2 yang berkepanjangan, presiden di negeri tersebut tidak bisa
memimpin negerinya dengan baik, kesejahteraan rakyat kurang diperhatikan, dan
dibiarkan begitu saja. Rakyat pun banyak yang mengeluh, namun apa daya mereka
hanya bisa berbicara saja. namun ada seorang reformer yang berani menentang lewat kritik2nya yang pedas,
dan tidak takut oleh presidennya. Awal kisah sang reformer sedang duduk di pos
pangkalan ojek dengan teaman tukang ojeknya, alias sarjono. Selamat
menyaksikan…….
rafi : “(sambil membaca buku), Undang-undang itu tulisannya pemerintah untuk
dipatuhi rakyat, tapi pemerintahnya sendiri gak mau nurutin tulisannya sendiri,
hahahaha..”
baso : “(menguap), udah dari dulu pak, pemerintah itu sok ngatur, tapi gak mau
diatur, alias gak aturan.”
rafi : “Ngomong-ngomong, presiden kita kapan gantinya ya, udah tua kok gak mau
ngalah sama yang muda..”
baso : “Yo, mungkin itu orang pada gila jabatan.”
Rafi dan
baso: “Hahahahahaha..”
Kemudian lewat khabil. khabil adalah seorang petani yang tengah pulang dari sawahnya,
khabil : “Woi, jon. Peno ra nyambut gawe ta…?”
baso : “Ora pak, harga BBM ra iso ditawar..”
rafi : “Ya pastilah jon, masa ada BBM ditawar. Emang pemerintah mau rugi apa,
hahaha..”
khabil : “Yo seharusnya gitu toh, wong pemerintah ada supaya rakyat sejahtera,
lha apa guna pemerintah sekarang kalo rakyat pada susah..?”
rafi : “Namanya aja pemerintah cap bubur..”
khabil : “Betul pak rafi, kita ini
hanya orang pinggiran. Gak terlihat mata pemerintah..”
rafi : “Walah-walah, pemerintah cuman bisa omong kosong.. (sambil melihat
Koran)”
khabil : “Kapan rakyat dianggap pemimpin..?”
rafi : “Nah, ini berita bagus.’ Presiden dikabarkan mundur dari jabatannya,
karena sakit yang terjadi dimasa tuanya’ ”
baso : “Yang bener , ..?”
khabil : “Wah, aku tak milih wong sing jujur.”
(Semua) : “Hahahahahaha…”
Mereka kemudian
mengharap-harapkan presiden baru di negeri mereka yang dikabarkan bernama
Soehaarno Kartolo adalah presiden yang bisa mengerti rakyatnya, dan bisa menghapuskan
krisis2 yang melanda rakyat nya. Kesejahteraan rakyat bisa dijunjung tinggi.
Mereka pun mendatangi istana kepresidenan dan menyerukan suara-suara harapan
mereka. (Rakyat menyanyikan lagu “Manusia Setengah Dewa”)
andis : “Baik-baik-baik, saya akan menciptakan lapangan-lapangan kerja baru, dan
akan lebih menjunjung tinggi kesejahteraan kalian.”
rafi : “Apa bapak benar dengan berbicara seperti itu..?”
andis : “Tentu saja, saya akan menghapuskan krisis-krisis yang terjadi di tanah
air ini, pendidikan harus dimajukan, dan hak-hak rakyat harus diperhatikan
dengan seteliti-telitinya oleh pemerintah.”
rafi : “Baiklah, kami hanya bisa berharap kepada pak Harno.”
khabil : “Hidup Pak Harno…!!!”
Semua : “Hidup..!!”
khabil : “Hidup Pak Harno…!!!”
Semua : “Hidup..!!”
Rakyat pun pulang dengan membawa
beribu-ribu harapan baik, mereka berpikir bahwa presiden mereka yang baru bisa
mengentaskan kemiskinan mereka. Tapi, tanpa mereka ketahui, Soeharno telah
diam-diam membuat siasat, Soeharno tak lebihnya seorang penipu, dia bila
didepan rakyat berlagak membela rakyatnya, namun bila di belakang rakyat, atau
di dalam istana dia tak layaknya seekor binatang.
andis : “Hahahaha, ternyata rakyat itu pada bodoh semua, hanya diomongi saja,
mereka pada percaya..”
dilla : “Anda memang pandai Pak, tapi kami tetap dapat bayaran kan..?”
andis : “Tentu saja, kalian aparat-aparat
juga gila uang, sama kayak saya, hahaha..”
alifah : “Ya pasti kan Pak, belajar darimana dulu, ya kan Hans.?”
dilla : “oke, apa yang akan kita lakukan
selanjutnya?,.”
Alifah : “Bagus, yang penting jaminan uang kita semakin banyak.”
andis: “Hahaha, tenang-tenang
yang jelas kalian harus selalu jaga mulut dan berada dipihakku, mengertiii??”
dilla dan
alifah : “Ok..siip!!”
Samakin lama jabatan Soeharno, semakin banyak janji
diobralkan, namun yang didapat rakyat bukan kesejahteraan, melainkan kekejaman,
dan kesengsaraan. Beribu demo, dan keritikan dilancarkan oleh rakyat kepada
presiden. Namun presiden hanya menyuruh untuk menunggu dan bersabar, akhirnya
para rakyat seperti franky dan kawan-kawan nekad berdemo di istana
kepresidenan.
Disuatu
pagi,
Hera : “tau
gk sih mbak..? mengenai berita yang beredar sekarang..?
Novi :
emph..tentang presiden kita kan..?
Hera : benar
sekali, kabarnya sekelompok pemuda yang menamakan dirinya PPR yang itu
singkatan nama dari Pemuda Pembela rakyat, akan datang berdemo ke istana
Klw gk salah
tanggal 22 april..
Novi :
apa..?? 22 april, bukannya itu tanggal hari ini,,.?
Hera :
hah..?iya bener, warga desa pasti akan bersiap2 berdemo.
Novi : kamu
tadi bilang organisasi PPR kan..kebetulan mas saya kayaknya juga bergabung
disana.
Hera :
apa..? ya sudah cepat di beri tahu sana ..! jangan ikutan, bahaya!
Novi : baik
(sambil berlari menemui rafi)
Tiba
dirumah, melihat rafi sudah siap2 untuk pergi
Novi : mas
mau kemana..?
Rafi : saya
akan memimpin demo hari ini ke istana presiden
Novi : klw
bisa..jangan mas,,itu sangat bahaya..
Rafi :
biarlah, hidup atau mati kita harus berani menentang hal yang sudah jelas salah..Allah
pasti tau semuanya. (lalu rafi berangkat meninggalkan novi)
Novi : hati
–hati mas..
Didepan
istana presiden,
rafi : “Turunkan pak Harno (
andis) ..”
baso : “Kami ingin bukti, bukan omong kosong..”
khabil : “Betul, kalo hanya ngomong burung beo juga bisa..”
rafi : “Jangan hanya ambil uang kami, namun ambil juga harapan kami.”
baso : “Orang miskin juga orang hidup..”
Karena takut akan kemarahan rakyat, Soeharno
memilih untuk bersembunyi dan tidak ingin keluar, namun karena Soeharno tidak
muncul dari istana kepresidenan, rakyat semakin beringas dan memaksa masuk
kedalam istana kepresidenan. Soeharno merasa terancam, akhirnya dia nekad
menyuruh para aparat untuk menembaki rakyatnya.
Andis : “dilla, suruh anak buahmu untuk
menembaki mereka..”
Dilla : “Apa..?, apa Bapak sudah gila,
mereka tidak salah apa-apa, tapi kita kok seenaknya menembaki mereka.”
Alifah : “Mereka sudah berani mengancam
presidennya, dan telah melanggar tata tertib.”
Andis : ya,
benar yang dikatakan alifah..
Karena terkejut dengan keputusan sang presiden dilla dan pasukannya
hanya bertugas mengamankan saja, dan tidak akan
menuruti kata pak harno.
Karena ketakutan pak harno dengan spontan mengambil
pistol dan menembaki para massa yang berdemo. Para rakyat pun
melarikan diri karena mendengar
suara tembakan, namun rafi yang tidak bisa berlari secara cepat, terkena tembakan dan mati seketika.
Franky : “(Berteriak karena kesakitan dan mati seketika)”
Akhirnya pemuda yang berani mengkritik kini telah
mati, para rakyat yang lain sekarang telah kehilangan semangat untuk melawan
pemerintahan, mereka hanya diam saja dengan nasib mereka. Tak ada yang berani
melaporkan kasus rafi dan juga kasus-kasus tentang kekerasan yang dihadapi para rakyat lainnya.
Walaupun mau melapor, mereka tidak tahu juga melapor kepada siapa. Negeri
itupun menjadi negeri yang subur kekerasan, penipuan, pembodohan, dan KKN.
Namun negeri tersebut masih menantikan jiwa-jiwa pemuda yang berani
berkata ketika semua dipaksa diam, berani berbuat ketika semua dihadapkan pada
pistol-pistol, negeri tersebut masih berharap bahwa masih ada jiwa-jiwa
reformer yang akan tumbuh pada anak-anak bangsa, dan akan menegakkan keadilan
rakyatnya juga membasmi para pendusta rakyat yang berkeliaran. Demikian Teater
Musikal yang kami sajikan, dengan judul Bajingan NegeriKu.
Dan karena jasa dan keberaniannya
pemuda itu di kenang sepanjang masa sebagai pemuda pertama pemberani menentang
presiden..dan sekarang ini dibuatkan patung untuk mengenang jasa2 nya..dan
patung di tempatkan di museum dunia.
0 komentar:
Post a Comment